Jakarta (beritajatim.id) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan sistem informasi berbasis TRIGRS untuk mitigasi bencana tanah longsor. Sistem ini menggunakan model matematika yang didukung data curah hujan untuk memprediksi potensi tanah longsor di berbagai wilayah Indonesia.
Khori Sugianti, peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, menjelaskan bahwa TRIGRS memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dalam menghadapi ancaman longsor.
TRIGRSMap, sebuah plug-in QGIS yang berbasis TRIGRS, dirancang untuk menganalisis kestabilan lereng terkait kerentanan longsor akibat pengaruh curah hujan.
“TRIGRSMap mampu menilai kestabilan lereng dengan menghitung kombinasi topografi, kondisi hujan, dan kondisi lereng secara spasial dan temporal. Hal ini sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi daerah dengan risiko longsor tinggi,” jelas Khori.
Sistem ini bekerja dengan memodelkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah, yang mempengaruhi kekuatan tanah dan kestabilan lereng. Dengan memperhitungkan berbagai parameter geoteknik, seperti model elevasi digital (DEM), kemiringan lereng, arah aliran, dan kondisi teknis tanah, TRIGRSMap dapat memetakan area yang paling rentan terhadap longsor.
Lebih lanjut, sistem ini juga terintegrasi dengan data curah hujan real-time yang diukur di lokasi. Hasil dari pemrosesan data ini kemudian digunakan untuk menghasilkan peta peringatan dini.
Peta tersebut diharapkan bisa membantu pemerintah daerah dalam merancang strategi mitigasi bencana, seperti evakuasi dini dan penguatan infrastruktur di area rawan.
Pengembangan TRIGRSMap juga mendukung berbagai pihak terkait dalam memperkuat mitigasi di wilayah pegunungan dan perbukitan yang rawan longsor. Khori menambahkan bahwa integrasi TRIGRSMap dengan sistem pemantauan cuaca dan geologi nasional akan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi ancaman bencana.
BRIN berharap teknologi TRIGRSMap ini bisa memberikan kontribusi strategis dalam pengurangan risiko korban jiwa serta kerugian ekonomi akibat tanah longsor. Sebelumnya, BRIN telah memperkenalkan TRIGRS kepada pemerintah daerah Lembang, Jawa Barat, dan sejumlah instansi terkait seperti BPBD dan Dinas Pekerjaan Umum.
Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Adrin Tohari, dalam pelatihan pemodelan TRIGRSMap pada 29 Agustus 2024, menekankan pentingnya pelatihan ini sebagai upaya menyebarluaskan hasil riset kepada pihak-pihak terkait. BRIN juga berperan dalam menciptakan peta dinamis yang dapat memperlihatkan kerentanan bahaya di suatu daerah.
Sistem TRIGRS yang awalnya dikembangkan oleh USGS ini telah dimodifikasi oleh BRIN melalui kolaborasi dengan Pusat Riset Geoinformatika dan Pusat Riset Sains Data dan Informasi BRIN. Aplikasi TRIGRS memungkinkan pengguna untuk mengetahui parameter yang memengaruhi kestabilan lereng, sehingga dapat diandalkan untuk memprediksi kerentanan tanah longsor.
Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat, Anne Hermadianne Adnan, menyampaikan bahwa Jawa Barat adalah salah satu wilayah dengan potensi bencana tinggi di Indonesia. Kolaborasi ini, kata Anne, diharapkan dapat mengurangi dampak bencana dan mencapai zero victim.
Pengembangan TRIGRSMap oleh BRIN diharapkan menjadi solusi mitigasi bencana yang efektif, terutama di daerah rawan longsor. Dengan integrasi teknologi ini, diharapkan dapat meminimalisir risiko kerugian dan korban akibat tanah longsor. (hdl)