Surabaya (beritajatim.id) – Film memiliki potensi besar sebagai media kampanye untuk gerakan sosial, seperti yang dilakukan KPU dengan pemutaran film Tepatilah Janji guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pilkada serentak 2024.
Menurut Aulia Afniar Rahmawati, pemerhati film dari Stikosa AWS, kekuatan film terletak pada daya tarik visual dan emosionalnya.
“Film mampu menyampaikan pesan dengan cara yang menarik secara visual, sehingga penonton lebih mudah terlibat dan tergerak,” ungkap Aulia di Kampus Stikosa AWS pada Jumat (18/10/2024).
Elemen storytelling dalam film juga membantu menggambarkan situasi dan dampak nyata dari isu sosial, sehingga lebih mudah dipahami dan diingat.
Dengan dukungan teknologi, film kini dapat menjangkau berbagai platform, termasuk bioskop dan media sosial. Aulia menyarankan agar film didukung dengan diskusi publik tentang isu-isu penting untuk memperluas dampak pesan kampanye.
Namun, efektivitas film sebagai media kampanye gerakan sosial sangat bergantung pada kualitasnya. Aulia menegaskan, “Film harus memiliki kualitas yang baik agar dapat menarik perhatian penonton. Jika prasyarat ini dipenuhi, penting juga untuk memperkuat strategi distribusi agar film menjangkau target audiens yang diinginkan.”
Dia menekankan pentingnya integrasi film dengan media lain dan strategi kampanye yang lebih luas, di mana isi film harus relevan dengan masyarakat sasaran.
Sebagai contoh, ia mengungkapkan bagaimana film luar negeri seperti An Inconvenient Truth (2006) berhasil meningkatkan kesadaran publik tentang pemanasan global dan mendorong tindakan lingkungan.
Aulia juga menyebutkan beberapa film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan sosial yang kuat, seperti 12 Years a Slave (2013) yang mengangkat isu anti-rasisme dan perbudakan, serta V for Vendetta (2005) yang mengekspresikan perlawanan terhadap penindasan.
Dengan demikian, film dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan kesadaran, memicu diskusi publik, dan mendorong perubahan kebijakan dalam berbagai isu sosial. “Namun, efektivitas film sulit berdiri sendiri. Film harus didukung kampanye yang lebih luas, termasuk keterlibatan media dan aksi grassroots,” tutupnya. (hdl)