Jakarta (beritajatim.id) – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menegaskan bahwa peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli merupakan simbol semangat juang yang diajarkan oleh Soekarno serta kekuatan arus bawah dalam menghadapi pemerintahan Orde Baru yang otoriter.
“(Kudatuli) menjadi tonggak yang sangat penting bagi reformasi di Republik ini,” ujar Hasto dalam acara wayangan bertajuk ‘Sumatri Ngenger’ di Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (3/8/2024) malam.
Hasto menyatakan bahwa peringatan 27 Juli ini selalu diperingati dengan penuh semangat. Walaupun dirayakan sama seperti 9 tahun sebelumnya di kantor DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, semangat perjuangan untuk setia pada konstitusi, demokrasi, dan ajaran Bung Karno tetap tak tergoyahkan.
“Justru ketika serangan yang otoriter ditujukan kepada kita, semangat perjuangan kita itu terus menyala-nyala,” tambahnya.
Dalam acara tersebut, Hasto didampingi oleh Ketua DPP PDIP Rano Karno, Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soejono, dan Wakil Bendahara Umum PDIP Yuke Yurike.
Selain itu, turut hadir senior Partai Emir Moeis serta Dubes Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi. Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri juga menyaksikan pertunjukan wayang tersebut secara daring.
Ratusan warga sekitar Lenteng Agung turut antusias menghadiri acara wayangan tersebut, mulai dari anak-anak hingga orang tua, memenuhi bangku pengunjung.
Sebelumnya, Hasto juga mengajak para kader partai untuk terus memperjuangkan semangat kemerdekaan dalam rangka peringatan 28 tahun peristiwa penyerangan Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 atau yang dikenal sebagai Kudatuli, di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7/2024).
“Marilah kita memperingati Kudatuli ini dengan terus turun ke bawah. Kita terus gelorakan semangat perjuangan ini sekaligus mengingatkan bahwa pada dasarnya kekuasaan itu bukan melekat pada diri si aktor, melainkan dari sesuatu kolektif rakyat, kekuatan ide dari rakyat yang mendapatkan kemerdekaan yang sejati, yang mendapatkan hak berserikat dan berkumpul,” kata Hasto.
Hasto menekankan bahwa peristiwa Kudatuli mengajarkan kepada para kader pentingnya membangun demokrasi yang berdasarkan kekuatan rakyat dan harus terus diperjuangkan.
“Kita perjuangkan komitmen kita dalam menjaga demokrasi itu. Percayalah bahwa setebal apa pun tembok kekuasaan itu dibangun, Kudatuli mengajarkan kekuatan arus bawah tidak bisa dibungkam,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Hasto menyampaikan pesan dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, agar para kader tetap menjaga semangat demokrasi dan konstitusi.
Megawati yang mengikuti acara secara daring juga menyampaikan salam kepada seluruh kader, khususnya Forum Komunikasi Kerukunan (FKK) 124, yang berjuang saat penyerangan terjadi. “Mereka telah mengalami penderitaan lahir batin, dan di tengah penderitaan itu, mereka tidak pernah runtuh, tapi justru semangatnya semakin berkobar-kobar,” tutup Hasto. (hdl)