Surabaya (beritajatim.id) – Tim mahasiswa dari Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil mengembangkan inovasi alat deteksi gula darah non-invasif bernama Instrument Glucose Non-Invasive (Insgluni).
Alat ini menawarkan solusi pemeriksaan kadar gula darah yang lebih aman, nyaman, dan ramah lingkungan tanpa memerlukan pengambilan darah.
Rafly Zaka Rulloh, penggagas Insgluni yang juga ketua tim, menjelaskan bahwa alat ini dikembangkan sebagai respons terhadap kekhawatiran terhadap metode pemeriksaan gula darah konvensional yang invasif.
Penggunaan jarum suntik dalam pemeriksaan konvensional tidak hanya menimbulkan rasa sakit, tetapi juga dapat menyebabkan risiko infeksi dan limbah medis berupa jarum suntik serta strip uji.
“Metode konvensional turut menyumbang limbah medis berupa jarum suntik dan strip uji,” ungkap Rafly di Surabaya, Senin (6/1/2025).
Insgluni hadir sebagai alternatif pemeriksaan gula darah yang lebih praktis, aman, dan ramah lingkungan. Alat ini tidak hanya bermanfaat bagi penderita diabetes, tetapi juga bisa digunakan untuk pemeriksaan kesehatan dini pada individu yang peduli terhadap kesehatannya.
Rafly menambahkan, Insgluni dapat digunakan di berbagai instansi kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas.
Alat portabel berbentuk kubus ini memanfaatkan cahaya nir infrared (NIR) untuk mendeteksi kadar gula darah. Cahaya NIR ditembakkan ke jari pengguna di tempat pengujian yang telah disediakan.
Setelah menabrak jari, cahaya yang berhasil melewati jari ditangkap oleh sensor optik photodioda dengan panjang gelombang 940 nanometer. Sistem yang ada kemudian mengolah data tersebut menjadi nilai kadar gula darah dalam satuan miligram per desiliter.
Melalui serangkaian uji coba, Insgluni terbukti memiliki tingkat akurasi deteksi kadar gula darah sebesar 87 persen, angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat serupa yang ada di pasaran.
Selain itu, alat ini juga dilengkapi aplikasi berbasis Android yang dapat terhubung dengan jaringan wi-fi. Aplikasi ini berfungsi untuk menyimpan rekaman data pengujian gula darah dan memberikan informasi kesehatan kepada pengguna.
Dengan aplikasi ini, pengguna dapat memantau kadar gula darah secara rutin dan teratur.
Tim yang terdiri dari Rafly Zaka Rulloh, Yeti Mirasani, Muhammad Zidane Abri, Rahadiyan Rachmadi, dan Yus Putri Arum Seger ini berhasil membawa Insgluni pada Tingkatan Kesiapan Teknologi (TKT) level 7.
Pada level ini, Insgluni telah mencapai bentuk prototipe yang matang dan telah diuji coba pada skala kecil di lingkungan sekitar.
Inovasi ini mendukung empat tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu SDGs 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDGs 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDGs 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta SDGs 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
Berkat pencapaiannya, tim Insgluni ITS berhasil meraih juara I dalam kategori Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) subkategori Presentasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2024.
Rafly berharap Insgluni dapat terus dikembangkan lebih lanjut dan memperoleh izin komersialisasi. Dengan inovasi ini, ia yakin bahwa Insgluni dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
“Dengan keamanan, kemudahan, dan kenyamanan yang dibawa, Insgluni dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” pungkasnya. (hdl)