Jakarta (beritajatim.id) – Kepala Subdirektorat Bina Kepenghuluan Kemenag, Anwar Saadi, menekankan pentingnya memasukkan materi pencegahan judi online dalam bimbingan dan penyuluhan agama kepada masyarakat.
Anwar menyatakan bahwa penghulu dan Penyuluh Agama Islam se-Indonesia perlu diberikan instruksi khusus untuk memasukkan materi bahaya judi online dalam kegiatan penyuluhan maupun bimbingan perkawinan.
“KUA telah memberikan Bimbingan Perkawinan pada calon pengantin, yang umumnya mencakup peran dan tanggung jawab suami istri serta pembekalan menjaga keutuhan keluarga. Ke depan, materi bahaya judi online akan menjadi bagian penting dalam Bimbingan Perkawinan,” jelas Anwar dalam Talk Highlight Radio Elshinta tentang peran KUA dalam pencegahan judi online pada keluarga, Jumat (21/6/2024).
Materi pencegahan judi online ini juga harus disampaikan dalam edukasi dan bimbingan kepada jamaah binaan Penyuluh Agama Islam se-Indonesia. Anwar menyebut upaya ini sebagai dukungan terhadap Satgas Judi Online yang dibentuk pemerintah untuk menangani masalah darurat judi online. Menurutnya, maraknya judi online menimbulkan kerusakan di berbagai aspek kehidupan, termasuk pelanggaran pidana, depresi, bunuh diri, KDRT, dan perceraian.
“Banyak kasus perceraian dilatarbelakangi oleh dampak perjudian. Keutuhan keluarga sangat diuji ketika ada anggota keluarga, terutama kepala keluarga, yang berjudi. Judi tidak hanya membuang waktu dan merusak ekonomi keluarga, tetapi juga menyebabkan pengabaian dan perlakuan semena-mena terhadap keluarga,” tambah Anwar.
Ia menjelaskan bahwa terminologi judi tidak pernah memiliki konotasi positif. Judi menjanjikan kemenangan, tetapi yang didapat justru kekalahan, kemiskinan, dan konsumtif, serta menjadi salah satu penyebab orang terdorong berjudi.
“Data konsultasi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) serta KUA menunjukkan banyak istri yang mengadukan suaminya terlibat judi online. Akibatnya, tidak sedikit istri harus menanggung beban akibat perbuatan suaminya, bahkan sampai berhutang atau menggunakan jasa pinjaman online untuk menutupi kebutuhan sehari-hari,” tambahnya.
Anwar juga menyebut problem ekonomi sebagai salah satu penyebab turunnya angka pernikahan tiap tahun.
“Dalam tiga tahun terakhir, angka pernikahan terus menurun. Biasanya mencapai 2 juta peristiwa nikah per tahun, namun pada tahun 2023 turun 25 persen menjadi hanya 1,5 juta peristiwa nikah,” paparnya.
Ia mengungkapkan bahwa masyarakat mulai menunda menikah karena kondisi ekonomi yang menyebabkan kekhawatiran untuk membangun rumah tangga. “Kami meminta seluruh penghulu dan penyuluh untuk mengampanyekan dan memberikan bimbingan penguatan keluarga, serta menghindari perilaku yang merugikan keluarga seperti judi online,” pungkas Anwar. (hdl)