Surabaya (beritajatim.id) – Pemerintah Kota Surabaya intensifkan upaya pencegahan penularan Mpox (Monkey Pox) dengan memperluas sosialisasi dan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Langkah ini dilakukan untuk menjaga Kota Pahlawan dari potensi penyebaran penyakit tersebut.
Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Moh. Ashadi Mu’minin, mengungkapkan bahwa sosialisasi terkait Mpox telah dimulai sejak tahun 2023. Tahun ini, Pemkot Surabaya meningkatkan frekuensi sosialisasi melalui berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), kelurahan, kecamatan, serta fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.
“Kami telah menyebarluaskan informasi mengenai gejala, cara penularan, dan langkah pencegahan Mpox. Kami juga berkoordinasi dengan otoritas pelabuhan dan bandara untuk memperketat pengawasan di pintu masuk,” ujar Ashadi.
Selain sosialisasi, Pemkot juga fokus pada peningkatan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan untuk deteksi dini dan pelatihan terkait Mpox. Penanganan kasus dilakukan dengan cepat melalui pengecekan dan konfirmasi dalam waktu 1×24 jam.
“Pemantauan dilakukan secara berkala menggunakan aplikasi SKDR dari Kemenkes, yang memungkinkan Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia untuk memantau kasus secara real-time,” tambah Ashadi. Meskipun hingga saat ini belum ada kasus Mpox di Surabaya pada tahun 2024, sosialisasi tetap ditingkatkan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya kasus.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari RS Husada Utama, Ni Putu Susari Widianningsih, menambahkan bahwa pencegahan Mpox meliputi pola hidup sehat dan pengolahan makanan yang benar. Mpox dapat menular melalui cairan tubuh, luka, hubungan seksual, dan droplet.
“Gejala Mpox yang perlu diwaspadai meliputi pembesaran kelenjar getah bening, ruam-ruam, dan demam. Jika ada riwayat kontak atau bepergian, segera periksakan diri ke dokter,” jelas Putu. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat dan waspada terhadap gejala penyakit tersebut. (rio/ted)