Surabaya (beritajatim.com) – Kasus mutilasi di Ngawi yang menimpa Uswatun Hasanah masih menyisakan teka-teki. Meski pelaku, Rohmad Tri Hartanto alias Antok, telah mengakui menggunakan pisau buah untuk memutilasi korban, polisi masih mendalami kemungkinan penggunaan alat lain dalam aksi tersebut.
“Pengakuannya, tersangka menggunakan pisau buah sepanjang 20 sentimeter. Iya, dipotong di sendinya. Namun, kita masih dalami lagi kemungkinan adanya alat lain,” ungkap Direskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Farman, Senin (27/1/2025).
Namun, hasil pemeriksaan tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jawa Timur menunjukkan bahwa pisau yang diakui digunakan oleh pelaku tidak ditemukan bekas darah. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah pisau tersebut telah dicuci oleh pelaku atau jika pelaku sebenarnya menggunakan alat berbeda untuk melakukan mutilasi.
“Pisau beserta sarungnya negatif darah. Kami sudah memeriksa keduanya, tapi hasilnya tetap negatif. Namun, apakah itu karena sudah dicuci atau ada faktor lain, masih kami selidiki,” jelas Kabid Labfor Polda Jatim, Kombes Pol Marjoko.
Hubungan Khusus Pelaku dan Korban
Sebelum peristiwa tragis tersebut terjadi, korban Uswatun Hasanah diketahui memiliki hubungan khusus dengan pelaku selama tiga tahun. Meski begitu, keduanya tidak pernah menikah secara siri.
“Jadi, antara pelaku dan korban memiliki hubungan selama tiga tahun. Namun, tersangka memiliki istri sah dan dua anak,” kata Kombes Pol Farman.
Motif pembunuhan ini diketahui didasari oleh rasa cemburu dan sakit hati pelaku. Antok mengaku menyimpan dendam terhadap korban karena korban pernah mendoakan anak pertamanya menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) serta menyuruh pelaku untuk menghilangkan anak keduanya.
“Pembunuhan ini sudah direncanakan. Motifnya adalah cemburu dan sakit hati. Selain itu, korban juga sering memasukkan laki-laki lain ke kamar kosnya,” tutur Farman.
Kronologi dan Fakta Tambahan
Kasus ini mencuat setelah jasad korban ditemukan dalam kondisi termutilasi di sebuah koper di Ngawi, Jawa Timur. Sebelum kejadian, korban dan pelaku sempat terlibat cekcok yang memicu aksi keji tersebut.
Hingga saat ini, polisi terus menggali bukti-bukti baru untuk memastikan kronologi pembunuhan dan alat yang digunakan pelaku. Kasus ini menjadi perhatian luas masyarakat Jawa Timur dan memicu diskusi publik mengenai perlunya tindakan tegas terhadap kekerasan domestik.
Diharapkan, investigasi ini dapat segera menemukan titik terang demi memberikan keadilan bagi korban dan keluarganya. [ang/beq]