Penajam Paser Utara (beritajatim.id) – PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) terus melaksanakan program pemberdayaan masyarakat (PPM/CSR) di wilayah operasinya.
Berkolaborasi dengan Koperasi Kriya Inovasi Mandara (KIM), PHKT memperkenalkan Program PUSAKA (Pemanfaatan Ulang Sabut Kelapa), yang bertujuan untuk mengolah limbah sabut kelapa menjadi produk bernilai tinggi di Kelurahan Saloloang, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Dalam program ini, PHKT dan KIM berupaya mengatasi masalah limbah kelapa yang berlimpah dengan mengolahnya menjadi berbagai produk, seperti pupuk organik dan kerajinan.
Head of CRC Zona 10, Dharma Saputra, menyatakan bahwa Kecamatan Penajam memiliki luas tanaman kelapa terbesar di Kabupaten PPU.
“Pengolahan sabut kelapa dalam program PUSAKA adalah bentuk inovasi sosial yang memberikan dampak signifikan dan berkelanjutan bagi masyarakat serta mengurangi dampak lingkungan,” ujarnya.
Dharma menambahkan bahwa limbah sabut kelapa berisiko menimbulkan kebakaran karena mudah terbakar. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah sabut kelapa menjadi produk turunan dan membentuk learning center yang memberdayakan kelompok perempuan melalui pelatihan kriya sabut kelapa.
Hasil dari program ini cukup menggembirakan. Penghasilan masyarakat binaan meningkat sebesar Rp 288.000.000 per tahun, serta memanfaatkan 108 ton limbah sabut kelapa setiap tahun.
Ini berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 248,4 ton CO2 per tahun dan memberdayakan 15 anggota kelompok wanita.
Kelompok binaan KIM bahkan meraih penghargaan sebagai UMKM dengan varian produk terbanyak dalam Forum Kapasitan Nasional III yang diselenggarakan oleh SKK Migas pada tahun 2023.
Dalam kunjungan kerja Ibu Negara RI bersama OASE KIM, PHKT memfasilitasi produk binaan Pertamina Group, yang mengangkat tema pelatihan pengolahan sampah rumah tangga menjadi kompos dan eco enzyme.
Produk utama dari sabut kelapa meliputi cocopeat dan cocofiber yang dapat diolah menjadi pupuk organik, pot media tanam, kerajinan, serta jaring sabut kelapa untuk pertanian.
Ketua Koperasi KIM, Rusni Pebriyanti, mengungkapkan bahwa program ini telah berlangsung sejak 2016, namun dengan pendampingan PHKT, produksi meningkat pesat dari 10 jenis kerajinan per bulan menjadi 50 jenis.
“Program pengelolaan sabut kelapa ini membawa berkah dan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat, dengan dukungan penuh dari PHKT untuk mengelola sampah sabut kelapa menjadi produk yang unik dan bernilai tinggi,” jelasnya.
Melalui Program PUSAKA, PHKT juga mendukung pencapaian tujuan berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 1 tentang penghapusan kemiskinan, Tujuan 5 tentang kesetaraan gender, Tujuan 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta Tujuan 13 tentang penanganan perubahan iklim. (hdl)