Surabaya(beritajatim.id) – Komitmen Surabaya menjadi Kota Layak Anak pada 2025 terus ditingkatkan melalui pendekatan kolaboratif antara masyarakat dan pemerintah.
Upaya ini dilakukan untuk menjawab tantangan perlindungan anak dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat hingga tingkat RT/RW.
Isa Ansori, pemerhati anak, menjelaskan pentingnya pendekatan bottom-up dalam membangun sistem perlindungan anak.
“Masyarakat di tingkat RT/RW dapat mengambil peran aktif dalam pengawasan, edukasi, dan penanganan kasus perlindungan anak,” katanya.
Empat Langkah Strategis Menuju Kota Layak Anak
Pembentukan Satgas Perlindungan Anak di RT/RW
Satgas ini beranggotakan kader posyandu, PKK, atau tokoh masyarakat. Mereka bertugas memantau aktivitas anak-anak, memberikan edukasi kepada keluarga, dan bekerja sama dengan pemerintah setempat serta pekerja sosial untuk menangani kasus darurat.
Pemanfaatan Balai RT/RW sebagai Pusat Edukasi Anak
Program Sinau dan Ngaji Bareng yang dijalankan Pemkot Surabaya memberikan pendampingan belajar, seni, olahraga, dan penyuluhan tentang keselamatan. Kegiatan ini didukung oleh Karang Taruna dan Surabaya Next Leader (SNL) yang aktif menjangkau kampung-kampung.
Penguatan Peran Sekolah
Sekolah menjadi garda terakhir perlindungan anak dengan meningkatkan pengawasan selama jam istirahat, memastikan anak pulang bersama keluarga yang dikenal, serta memberikan edukasi keselamatan. Selain itu, kegiatan positif seperti pengembangan bakat dan minat siswa juga diutamakan. Guru diharapkan menjadi teman diskusi bagi siswa, khususnya usia remaja SMP dan SMA.
Dukungan Pemerintah Kota
Pemkot Surabaya berkomitmen menyediakan pekerja sosial di setiap kecamatan, melatih satgas perlindungan anak, serta menyediakan fasilitas seperti alat belajar dan tempat bermain yang aman. Kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga dilakukan untuk memperluas program sekolah ramah anak hingga tingkat SMA sederajat.
Monitoring dan Evaluasi untuk Efektivitas Program
Isa Ansori menekankan pentingnya sistem monitoring dan evaluasi. Pertemuan rutin antara satgas, pekerja sosial, dan pihak sekolah dapat membantu menyelesaikan tantangan yang dihadapi. Selain itu, penghargaan bagi lingkungan yang aktif menjaga anak-anak dapat menjadi motivasi tambahan bagi masyarakat.
“Program disiplin melalui sekolah kebangsaan juga perlu dirancang untuk membangun tanggung jawab siswa terhadap keluarga dan masyarakat. Hal ini menjadi bagian dari proses belajar,” tegas Isa.
Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah adalah kebutuhan mendesak untuk menjadikan Surabaya sebagai model Kota Layak Anak. Dengan pendekatan ini, setiap anak di Surabaya dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan bahagia.
“Surabaya memiliki potensi besar untuk menjadi panutan dalam perlindungan anak. Dengan sinergi yang kuat, kita dapat mewujudkan kota yang benar-benar ramah anak,” pungkasnya. (hdl)