Jakarta (beritajatim.id) – Di tengah pergeseran demografi di Asia Pasifik, di mana hampir satu dari empat penduduk diperkirakan berusia di atas 60 tahun pada tahun 2050, survei terbaru dari Sun Life Asia mengungkap tantangan dan peluang dalam perencanaan pensiun di kawasan ini.
Penelitian berjudul Retirement Reimagined: Menghadapi Masa Depan dengan Percaya Diri ini melibatkan lebih dari 3.500 responden dari berbagai negara, termasuk Tiongkok, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam.
Survei menunjukkan adanya peningkatan keinginan untuk mencapai keamanan finansial di masa tua. Hal ini berkaitan dengan pergeseran dari skema pensiun negara menuju ketergantungan pada tabungan dan investasi individu.
Menurut hasil survei, menabung untuk masa pensiun menjadi tujuan keuangan utama dalam 12 bulan ke depan. Namun, 59 persen responden mengaku menunda perencanaan biaya pensiun hingga lima tahun atau kurang sebelum masa pensiun, dan 14 persen tidak merencanakannya sama sekali.
David Broom, Chief Client and Distribution Officer di Sun Life Asia, menyatakan, “Lanskap masa pensiun di Asia mengalami transformasi besar. Meskipun kemapanan finansial mandiri dianggap sebagai fondasi masa pensiun yang memuaskan, banyak yang tidak siap menghadapi kenyataan tersebut. Perencanaan awal dan disiplin menabung adalah kunci untuk menjalani masa pensiun dengan percaya diri.”
Walaupun sebagian besar responden menabung minimal 10 persen dari pendapatan mereka, 23 persen di antaranya tidak menabung sama sekali. Ketika ditanya tentang sumber pendapatan pensiun, rata-rata responden memperkirakan 25 persen berasal dari tabungan tunai, menandakan potensi kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan pendapatan melalui investasi yang dapat melindungi dari inflasi.
Sebagai sinyal peringatan, 26 persen pensiunan mengaku belum merencanakan biaya pensiun mereka. Akibatnya, 20 persen dari mereka terkejut dengan biaya yang lebih tinggi dari yang diperkirakan, terutama di sektor biaya hidup umum (76 persen) dan perawatan kesehatan (51 persen). Hal ini memaksa 73 persen pensiunan untuk memotong pengeluaran dan 29 persen harus melikuidasi investasi.
Dari 23 persen pensiunan yang menyesali keputusan keuangan masa lalu, alasan utama adalah tidak menabung cukup (66 persen), tidak berinvestasi cukup (52 persen), dan tidak merencanakan biaya perawatan kesehatan (34 persen).
Responden yang lebih muda mulai menyesuaikan ekspektasi pensiun mereka, dengan harapan dapat pensiun pada usia rata-rata 64 tahun—lima tahun lebih lambat dibandingkan usia rata-rata pensiunan saat ini yang 59 tahun. Sekitar 17 persen non-pensiunan menunda rencana pensiun mereka, dengan alasan utama adalah kebutuhan untuk menabung lebih banyak (61 persen) dan keinginan untuk tetap aktif (49 persen).
Survei juga menemukan perbedaan signifikan antara dua kelompok: “Perencana Bintang Emas” dan “Pemberontak Pensiun.” Para Perencana Bintang Emas membuat rencana lebih dari lima tahun sebelum pensiun, menabung lebih dari 10 persen pendapatan, dan terlindungi oleh produk asuransi dan pensiun. Sementara Pemberontak Pensiun tidak memiliki perencanaan yang memadai.
Para Perencana Bintang Emas lebih cenderung untuk memenuhi pengeluaran yang diharapkan (73 persen vs. 31 persen) dan lebih sedikit menyesali keputusan keuangan pasca pensiun (14 persen vs. 40 persen). Mereka juga lebih aktif berkonsultasi dengan profesional mengenai perencanaan pensiun dan lebih percaya diri tentang kesehatan dan kesejahteraan finansial mereka.
Di semua kelompok, aspirasi terbesar untuk pensiun adalah menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman (35 persen), diikuti oleh keinginan untuk bersantai (22 persen) dan bepergian (18 persen). Namun, kekhawatiran terbesar adalah masalah kesehatan dan penurunan fisik (59 persen).
David Broom menekankan, “Memastikan kesejahteraan populasi lansia adalah tantangan bersama. Kesehatan sangat terkait dengan keamanan ekonomi dan hubungan sosial yang kuat. Kita memiliki kesempatan untuk mendefinisikan ulang pensiun yang aman dan sehat.”
Sun Life adalah perusahaan jasa keuangan internasional yang menyediakan solusi manajemen aset, kekayaan, dan asuransi untuk individu dan institusi. Dengan operasi di berbagai negara, Sun Life mengelola total aset senilai $1,46 triliun per 30 Juni 2024. (hdl)